Food Conversion Ratio (FCR)
Standar nilai FCR yang banyak digunakan dalam menentukan tingkat efektifitas dan efisiensi program pakan dalam budidaya udang skala intensif adalah berkisar 1.8 - 2.5.
Dengan mengetahui nilai FCR maka dapat diestimasikan berapa cost (biaya) yang telah dikeluarkan untuk pakan udang dan berapa nilai jual udang pada saat itu.
Perkembangan nilai FCR tersebut perlu dimonitoring pada setiap dilakukan sampling populasi dan biomass secara periodik dalam satu siklus budidaya.
Sebagai upaya lebih mudah memahami maka berikut akan dijelaskan beberapa istilah yang ada yaitu :
1. PL = Post Larva, merupakan istilah untuk menunjukkan umur udang yang biasanya dalam satuan hari. Variabel ini sangat penting karena tingkat kebutuhan udang terhadap pakan selalu berubah berdasarkan pertambahan umur.
2. ABW = Average Body Weight, istilah ini menunjukkan berat rata-rata udang dalam satu petakan tambak pada satu periode tertentu. Variabel diperoleh melalui kegiatan sampling biomass secara periodik.
3. SR = Survival Rate, istilah ini menunjukkan tingkat kehidupan udang dalam satu petakan tambak pada satu periode tertentu dibandingkan dengan padat penebaran pada saat tebar benur. Variabel diperoleh melalui kegiatan sampling populasi secara periodik.
4. Crumble, istilah ini menunjukkan jenis pakan buatan yang berukuran serbuk/butiran halus.
5. Pellet, istilah ini menunjukkan jenis pakan buatan yang berukuran butiran dengan ukuran kecil, sedang dan besar.
6. Nomor Pakan (dengan pengkodean tertentu), istilah ini menunjukkan ukuran butiran pakan udang. Nomor pakan ini dapat berbeda antar produsen/pabrik pakan.
7. Blind Feeding, istilah ini menunjukkan kegiatan pemberian pakan dengan tidak memperhatikan program pakan dan penerapannya tergantung ketersediaan pakan alami di dalam tambak dan biasanya dilakukan pada udang usia benur. Blind Feeding juga digunakan sebagai upaya “memperkenalkan” benur pada pakan buatan dan mengantisipasi berkurangnya/habisnya pakan alami didalam tambak.
Maka dapat dikatakan bahwa suatu program pakan dalam satu siklus budidaya merupakan program yang terukur dan terarah dengan tetap mengacu pada tingkat kebutuhan dan kondisi udang pada saat itu. Terukur, berarti setiap kegiatan pemberian pakan udang selalu memiliki nilai kuantitas yang telah ditentukan berdasarkan pengamatan dan estimasi.Terarah, berarti setiap kegiatan pemberian pakan udang memiliki tolok ukur efektifitas dan efisiensi yaitu Food Conversion Ratio (FCR).
Standar nilai FCR yang banyak digunakan dalam menentukan tingkat efektifitas dan efisiensi program pakan dalam budidaya udang skala intensif adalah berkisar 1.8 - 2.5.
Dengan mengetahui nilai FCR maka dapat diestimasikan berapa cost (biaya) yang telah dikeluarkan untuk pakan udang dan berapa nilai jual udang pada saat itu.
Perkembangan nilai FCR tersebut perlu dimonitoring pada setiap dilakukan sampling populasi dan biomass secara periodik dalam satu siklus budidaya.
Sebagai upaya lebih mudah memahami maka berikut akan dijelaskan beberapa istilah yang ada yaitu :
1. PL = Post Larva, merupakan istilah untuk menunjukkan umur udang yang biasanya dalam satuan hari. Variabel ini sangat penting karena tingkat kebutuhan udang terhadap pakan selalu berubah berdasarkan pertambahan umur.
2. ABW = Average Body Weight, istilah ini menunjukkan berat rata-rata udang dalam satu petakan tambak pada satu periode tertentu. Variabel diperoleh melalui kegiatan sampling biomass secara periodik.
3. SR = Survival Rate, istilah ini menunjukkan tingkat kehidupan udang dalam satu petakan tambak pada satu periode tertentu dibandingkan dengan padat penebaran pada saat tebar benur. Variabel diperoleh melalui kegiatan sampling populasi secara periodik.
4. Crumble, istilah ini menunjukkan jenis pakan buatan yang berukuran serbuk/butiran halus.
5. Pellet, istilah ini menunjukkan jenis pakan buatan yang berukuran butiran dengan ukuran kecil, sedang dan besar.
6. Nomor Pakan (dengan pengkodean tertentu), istilah ini menunjukkan ukuran butiran pakan udang. Nomor pakan ini dapat berbeda antar produsen/pabrik pakan.
7. Blind Feeding, istilah ini menunjukkan kegiatan pemberian pakan dengan tidak memperhatikan program pakan dan penerapannya tergantung ketersediaan pakan alami di dalam tambak dan biasanya dilakukan pada udang usia benur. Blind Feeding juga digunakan sebagai upaya “memperkenalkan” benur pada pakan buatan dan mengantisipasi berkurangnya/habisnya pakan alami didalam tambak.
Maka dapat dikatakan bahwa suatu program pakan dalam satu siklus budidaya merupakan program yang terukur dan terarah dengan tetap mengacu pada tingkat kebutuhan dan kondisi udang pada saat itu. Terukur, berarti setiap kegiatan pemberian pakan udang selalu memiliki nilai kuantitas yang telah ditentukan berdasarkan pengamatan dan estimasi.Terarah, berarti setiap kegiatan pemberian pakan udang memiliki tolok ukur efektifitas dan efisiensi yaitu Food Conversion Ratio (FCR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar