Sabtu, 15 November 2014

MENGENAL LEBIH JAUH HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI TAMBAK

MENGENAL LEBIH JAUH HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI TAMBAK

Hidrogen sulfida atau H2S adalah salah satu senyawa toksik yang terdapat di sedimen dasar tambak yang anoksik (tidak ada oksigen atau anaerob). Meskipun bersifat toksik bagi udang dan ikan, dan akan selalu ada di dasar tambak yang anoksik, namun penanggulangannya masih sering masih terabaikan. Dari manakah H2S berasal? Bagaimana H2S bisa bersifat toksik bagi hewan? Bagaimana cara pengendalian H2S di tambak agar tidak berada dalam level yang membahayakan bagi budidaya?

Secara singkat, H2S terbentuk dari: 1) sisa atau buangan dari proses penguraian bahan organik seperti sisa pakan, bangkai udang/ikan, dan plankton yang terdapat di dasar tambak, 2) proses reduksi sulfat (SO42) oleh kelompok bakteri pereduksi sulfur. H2S umumnya bersifat toksik bagi kebanyakan bakteria, namun ada sekelompok bakteri tertentu yang mampu menggunakan H2S yang bersifat toksik ini sebagai sumber energi dan pertumbuhannya. Bakteri fotosintetik anoksigenik (BFA) seperti Rhodobacter, Rhodopseudomonas, Rhodospirillum, dll, serta bakteri golongan chemolitotrof akan mengoksidasi H2S menjadi sulfit (SO32-), dan selanjutnya sulfit diubah menjadi sulfat (SO42-->tidak toksik).

Karena proses pembentukannya yang tanpa oksigen, H2S hanya akan dijumpai dalam lumpur dasar tambak atau di dekat perbatasan (interface) antara permukaan endapan lumpur dan air tambak. Jika air dan lumpur di dasar tambak terusik karena arus air, kegiatan sifon, atau saat hewan makan di atas lumpur tersebut, maka besar kemungkinan H2S akan berkontak dengan udang/ikan dan menyebabkan kondisi keracunan H2S. Jika tercium bau telur busuk saat endapan di dasar tambak dibongkar, itu merupakan indikasi terjadinya kondisi anaerobik dan adanya gas H2S. Secara praktis, jika kita mampu mencium bau telur busuk dari lumpur tambak maka itu sepadan dengan kira-kira 0.0047 ppm.

H2S bersifat toksik dalam kondisi tidak terionisasi. Hewan-hewan akuatik (ikan & udang) cukup rentan terhadap H2S. Contohnya, untuk juvenile Macrobrachium rosenbergii, level konsentrasi H2S yang aman adalah sebesar 0.26 ppm. P. japonicus akan kehilangan kesetimbangan di level 0.1 hingga 2.0 ppm (H2S), dan akan mati pada konsentrasi 4 ppm. Konsentrasi antara 1-6 ppm merupakan dosis mematikan bagi Lepomis gibborus, Salmo gairdneri, Catostomus commersoni, Carassius auratus, dan Cyprinus carpio. LC50 (24 jam) untuk Ictalurus punctatus adalah 0.53 to 0.8 ppm. Konsentrasi yang lebih rendah (0.3 ppm) akan bersifat fatal bagi telur atau larva. Konsentrasi H2S ideal yang diinginkan di tambak adalah 0 (nol).

Ancaman H2S bagi hewan akuatik diantaranya adalah kerusakan pada insang, stress, hingga kematian. Jika hewan terdedah H2S dalam konsentrasi sublethal dan dalam waktu yang lama, gejala yang mungkin timbul adalah berkurangnya nafsu makan, pertumbuhan yang lambat, peningkatan kerentanan terhadap serangan bibit penyakit lain dan parasit, hingga terjadinya peningkatan kematian.

Keberadaan H2S di dalam tambak dipengaruhi oleh pH, suhu, dan kadar oksigen terlarut (DO). Toksisitas tertinggi H2S adalah pada pH < 6.5. Tambak udang umumnya memiliki kisaran pH antara 7-9, namun kita patut waspada jika sewaktu-waktu terjadi penurunan pH yang disebabkan oleh respirasi alga, terutama saat dini hari. Berlawanan dengan pH, toksisitas H2S meningkat di suhu tinggi. Sebaliknya, DO yang tinggi akan menurunkan toksisitas H2S karena keberadaan oksigen dapat mengubah H2S menjadi bentuk terionisasi yang bersifat non-toksik.

Patut diingat bahwa proses terbentuknya H2S adalah bagian dari siklus Sulfur yang akan terus terjadi di tambak kita. Cara terbaik untuk mengatasi H2S adalah dengan melakukan pencegahan akumulasi gas toksik tersebut di dasar tambak. H2S dapat ditanggulangi dengan upaya yang terpadu baik secara fisik maupun biologis (lihat tabel), dengan memperhatikan proses terbentuknya H2S, serta faktor-faktor lingkungan di air tambak yang dapat mempengaruhi toksisitasnya.

Hal terpenting adalah selalu melakukan pemantauan dan upaya yang teratur secara berkala, sehingga kualitas air tambak dapat selalu dipertahankan dalam kondisi yang baik. (Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar